Jejak Langkah

Jumat, 28 Februari 2020

KH. MOH. IDRIS JAUHARI DAN TAMU YANG DIISTIMEWAKAN


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Saya termasuk seorang yang menyukai segala hal yang menantang dan sangat sulit dinalar. Saya hanya ingin mendatangkan seseorang yang menurut saya layak untuk didatangkan ke pesantren kendati beda agama.
Hanna Fransisca dengan buku puisi Konde Penyair Han, yang tak sempat saya ikuti peluncuran bukunya di Jakarta, saya ingin mewujudkannya diselenggarakan di Madura.
Beruntung Hanna Fransisca​​ kala itu memiliki undangan untuk hadir ke sebuah acara di Pamekasan Mandura, karena saya pikir acara tersebut dekat dengan pesantren Al-Amien Prenduan maka saya meminta Hanna sekalian mampir ke pesantren.
Rupanya kabar tentang akan kedatangan tamu beda agama sampai kepada KH. Moh. Idris Jauhari yang kala itu sudah menjabat Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Para guru yang tergabung dalam KGBE Bahasa Indonesia dipanggil untuk menghadap kiai di kediaman.
Setelah para guru berkumpul, kiai Idris berdawuh, pondok kita akan kedatangan seorang penyair beretnis Tiong Hoa bernama Hanna Fransisca maka berikanlah penyambutan yang terbaik, tunjukkan kepada Mbak Hanna bagaimana seorang muslim memuliakan tamu.
Kami mengangguk serempak seakan paham keinginan kiai. Kamipun bergegas mempersiapkan segala hal yang terbaik.
Tepat 21 Maret 2011 adalah moment bersejarah bagi Hanna Fransisca pada khususnya dan bagi etnis Tiong Hoa serta keluaga besar pesantren pada umumnya, Hanna Fransisca beserta rombongan datang ke pesantren dengan dua bus dan tiga mobil pribadi.
Buku puisi Konde Penyair Han diapresiasi dalam tiga bahasa yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
Tak ada diskriminasi yang adalah saling mengapresiasi dan memberikan yang terbaik, perlahan saya mengerti bahwa Islam mesti diperkenalkan dengan wajah aslinya yang penuh kasih sayang, diperkenalkan tata cara terbaik dalam melayani tamu maka yang saya temukan adalah kebahagiaan.
Dari peristiwa berharga ini, saya semakin jatuh cinta pada sosok KH. Moh. Idris Jauhari, kiai yang tinggal di desa, kiai yang begitu kharismatik yang lebih memilih mengenalkan sisi yang paling lembut dari Islam yang lebih memilih memuliakan tamu kendati beda agama, yang lebih suka mengenalkan Islam sebagai agama cinta kasih.

Junglorong, 27 Januari 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar