Jejak Langkah

Sabtu, 29 Februari 2020

KIAI BAGUS AMIRULLAH DAN SEBUAH PERNIKAHAN


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Kiai yang satu ini termasuk menantu dari KH. Moh. Idris Jauhari atau suami dari Neng Nazlah Hidayati. Ada cerita yang menarik bila membahas kiai Amir dikaitkan dengan pernikahan. Seorang yang juga kerap ditanyakan kapan menikah, orang mana dan hari apa.
Kiai Bagus kala itu ditanya oleh teman-temannya, Cak kapan mau menikah? Tahun ini. Orang mana? Orang Sumenep. Hari apa? Hari Senin. Semacam penasaran dengan yang diucapkan Kiai Amirul teman lainnya menimpali, memangnya Cak pernah ke Sumenep? Belum pernah. Teman yang lainpun menimpali, kalau belum pernah kenapa bisa sekayakin itu? Kiai hanya tersenyum sementara teman lain lebih memilih diam serta mulai merancang kejutan.

Keusilan teman kiaipun mulai digalakkan. Hitungan demi hitungan mulai dilakukan. Kiai bagus sesekali memandangi teman-temannya, sesekali memandang mereka penuh senyuman. Waktupun berlalu hingga debaran semakin tak bisa dikawal.

Perjodohan terjadi antara Neng Nazlah Hidayati dengan Kiai Amir. Singkat cerita sampailah kepada hari pernikahan. Hari yang begitu dinantikan oleh teman-teman Kiai Amir apakah yang pernah diucapkan sesuai dengan kenyataan. Menikah di tahun yang sudah disebutkan adalah suatu kebenaran. Mendapatkan jodoh seorang perempuan sholehah berasal dari Sumenep juga adalah kenyataan.

Ada kejadian yang belum diyakini oleh teman-teman Kiai Amir yakni perihal pernikahan Kiai Amir karena nyatanya pernikahan dilakukan di hari Minggu maka sudah pasti apa yang pernah disampaikan Kiai Amir meleset dari perkiraan. Teman yang usilpun mulai mempertanyakan kok meleset Cak? Kiai Amir hanya tersenyum.
Nyatanya pernikahan Kiai Amir dan Neng Nazlah Hidayati tembus sampai hari Senin. Suatu keajaiban bukan. Keajaiban yang memang sengaja dipersiapkan Tuhan buat hamba pilihan. Mata usil dan ucapan usilpun perlahan sirna.

Cak rupanya yang diucapkan Cak bukan pepesan kosong semuanya adalah kebenaran. Mendengar penuturan tersenyum Kiai Amir tak lantas menepuk dada. Kiai hanya menundukkan kepala seraya bersyukur. Mengembalikan sepenuhnya kepada Allah begitupun pujian yang diberikan teman-teman Kiai Amir kepada Kiai Amir dengan berucap hadza min fadli rabby.

Junglorong, 1 Maret 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar