Oleh Moh. Ghufron Cholid
Suasana politik semakin memanas, semua ingin tahu yang bakal menjadi orang nomer 1 di Sampang sebuah kabupaten di sebelah timurnya kabupaten Bangkalan, atau sebelah baratnya kabupaten Pamekasan.
Tugas kiai adalah menjawab pertanyaan yang ditanyakan baik santri maupun masyarakat atau orang asing yang menjadi tamu di kediaman. Kiai masih di posisikan oleh orang Madura sebagai tempat bertanya, untuk mengakhiri kerisauan hatinya.
Hati kiai itu bening sehingga memungkinkan sesuatu yang masih misteri, tanpak terang menderang hal semacam inilah yang tersemat kepada KH. Mukhtar As'ad Planggaran, putra dari Kiai As'ad.
KH. Mukhtar As'ad kedatangan beragam tamu dengan beragam keperluan. Namun yang dikisahkan kali ini, adalah seorang yang penasaran dan hendak mengetahui siapakah yang bakal menjadi orang nomer 1 Sampang dipemilihan bupati dan wakilnya.
"Kiai siapa yang bakal menjadi Bupati Sampang? Ji Idi, ucap Kiai Mukhtar secara spontan sementara tamu tadi terkejut. Terkejut antara percaya dan tidak percaya seraya menggeser tempat duduknya. Memastikan yang didengarnya bukan hasil mimpi.
Dalam kesempatan yang lain, tamu yang sama datang lagi kepada KH. Mukhtar As'ad untuk menanyakan hal sama tentu dengan harapan berbeda. Ada perubahan pada jawaban yang telah dibuatnya.
"Kiai, siapa yang bakal menjadi Bupati Sampang? Tanya seorang lelaki bersongkok putih seraya memperbaiki cara duduk, agar bisa mendengar jawaban Kiai Mukhtar dengan sangat jelas.
"Ji Idi, Ji Idi yang bakal menjadi Bupati Sampang!" kata Kiai Mukhtar tanpa ragu sementara tamu tadi menunduk sesekali mengangguk. Sesekali menggeleng-gelengkan kepala namun tidak berani bertanya lagi.
Beberapa bulan kemudian saat pemilihan bupati tinggal hitungan jari, tamu yang sama sowan kepada Kiai Mukhtar dengan menanyakan hal yang sama tentang siapa yang bakal menjadi orang nomet 1 Sampang.
"Kiai, siapakah yang akan menjadi Bupati Sampang?" Tanya lelaki berkopiah putih dengan penuh semangat.
"Ji Idi, Ji Idi yang bakal menjadi Bupati Sampang!" Ucap Kiai Mukhtar kepada tamunya sementara tamu tersebut tampak terlihat lesu. Ada perasaan kecewa terlukis di raut wajahnya. Namun Kiai Mukhtar tidak menanyakan kepada tamunya perihal pertanyaan yang sama yang sudah tiga kali diajukan dalam tiga kali pertemuan yang berbeda.
Kiai Mukhtar hanya tahu bahwa jika ada orang yang bertanya maka mesti dijawab berdasar ilmu yang dimiliki sehingga tidak menimbulkan kegelisahan dan menebar keresahan.
Penghitungan suara sudah dilakukan yang keluar sebagai pemenang adalah Ji Idi, sama seperti yang telah disampaikan kepada tamunya, tamu yang tidak dikenalnya tetapi tetap dilayani dan dijawab pertanyaan yang diajukan. Tamu yang tidak ditanyakan maksud atas pertanyaan yang diajukan. Kiai Mukhtar hanya menjawab sesuai apa yang dia tahu, dengan tulus dan hanya mengharap ridha Allah.
Junglorong, 4 Maret 2020
Mas...boleh minta no sampean atau bahkan Kiai Mukhtar lgsug?
BalasHapusKalau no hp saya 087850742323 kalau mau sowan kediaman aslinya di Palanggeren Blega. Kalau pagi sampai sore biasanya ada di laok songai di utara conter hp h zain pasnya toko mas utara jalan
HapusBlega di sebelah mna ?
BalasHapuspengalaman saya dlu sowan kpada beliau .saya d tanya orang mna luar madura.saya bkan madura.tpi istri saya madura desa ini kyai.trus kyai itu spontan brkata.bsok suarax pemilihan kepala desa istrimu selisih 5 .klau ingin menang harus ngerebut 5 suara ini.ternyata dngan izin allah.benar adax dawuh kyai mukhtar.itupun saya sa.paikan k pada pendukung calon kades baru .sebelum sebulan pemilihan
BalasHapusIya. Orangnya sangat asyik kalau ketika sowan dan ngobrol
Hapus