Jejak Langkah

Senin, 09 Maret 2020

KH. MAWARDI: KIAI MANDHIH PANGOCAP DERIH JUNGLORONG


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Orang Kanjer adalah orang yang gemar melakukan acara berkeliling seraya membawa pentungan, menabuhnya seraya berucap saor, saor. Saor, saor. Junglorong juga menjadi rute yang harus dikunjungi dan dijadikan media berkreasi untuk membangunkan orang.

Berulangkali orang Kanjer datang sekedar mengucapkan saor, saor dan kedatangannyapun termasuk tidak lazim, terlalu dini hari untuk membangunkan orang guna bersahur. Orang Junglorong merasa resah atas perbuatan orang Kanjer yang sudah dinilai melewati batas kewajaran.

Keresahan demi keresahan yang kemudian menjadi buah bibir sampailah kepada Kiai Mawardi, salah satu Kiai Junglorong, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong yang wafat pada tahun 1996.

"Saor. Saor. Jegeh, jegeh seasaorrah!" Kata-kata itu terus menggema disertai bunyi pentungan. Di sini lain, Kiai Mawardi turun dari kediamannya menuju kediaman oreng Kanjer yang sedang melakukan or saor (suatu kegiatan berkeliling seraya mengucapkan sahur, sahur disertai bunyi pentungan dengan maksud membangunkan orang untuk bersahur).

"Ambu, ambu jek terosagin or saor reah, sateyah jem berempah bektonah oreng tedung!" Kiai Mawardi mulai memperingatkan, sementara orang Kanjer tetap pada pendiriannya melanjutkan or saor seraya membunyikan pentungannya.

"Ambu mon tak ambu celakak kakeh kabbi!" Ucap Kiai Mawardi dengan suara yang mulai meninggi. Anehnya orang Kanjer yang tetap pada pendirian hendak berucap saor, saor dan hendak membunyikan pentungan, mereka tiba-tiba tidak bisa bergerak dan tidak bisa bersuara. Semenjak kejadian tersebut, orang Kanjer tak lagi berani mengucap saor, saor seraya membunyikan pentungan di kawasan Junglorong, mereka hanya lewat kemudian melanjutkan acara or saor mereka di tempat lain.

Torjunan, 9 Maret 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar