Jejak Langkah

Senin, 09 Maret 2020

KH. MUKHTAR DAN TEKNIK TIRAKAT SEORANG KIAI


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Tirakat atau riyadloh sudah biasa dilaksanakan oleh Kiai Mukhtar, dalam bertirakat seseorang akan diuji seberapa khusyuk dan seberapa teguh mampu menaklukkan godaan.
Tirakat yang ditempuh oleh Kiai Mukhtar adalah tirakat yang dilakukan dengan bolak balik dari Junglorong ke Desa Kramat, yang letaknya di sebelah barat daya Junglorong.
Tirakat dilakukan setelah Kiai Mukhtar mulang santri (mengajarkan santri ilmu agama), membimbing santri dalam sholat jamaah.
Kendati tirakat juga merupakan kegemaran Kiai Mukhtar, tidak lantas meninggalkan lembaga yang diasuhnya hanya untuk bertahannus di Bujuk Kramat. Tirakat tidak lantas menjadi alasan untuk menjauh dan menggugurkan tirakat mulang.
Antara tirakat dzikir dan tirakat mulang santri mendapat takaran yang berimbang. Tirakat yang dilakoni di Bujuk Kramat semata Lillahi Ta'ala juga semata menguji seberapa mampu ujian yang datang mengalahkan kelezatan dzikir.
Keistiqamahan berangkat ke Bujuk Kramat dari kediaman lalu pulang ke kediaman untuk beraktivitas bersama santri adalah tirakat yang dipilih oleh Kiai Mukhtar. 
Mengamati cara Kiai Mukhtar bertirakat, seakan ingin menegaskan baik berada di dalam pesantren maupun di luar pesantren, tirakat bisa dilakukan tanpa mengistimewakan yang satu dan menganak tirikan yang lain. Hikmah yang lain, sejatinya tirakat yang lebih berat bukan ketika berada di Bujuk seraya berdzikir, tetapi berada di tengah-tengah santri dan tetap berada dalam istiqamah mulang serta sholat jamaah. 
Kiai Mukhtar seakan ingin menegaskan bahwa intisari tirakat adalah pengabdian, seberapa mampu menaklukkan keinginan-keinginan hati untuk tetap tegak di jalur Ilahi.

Malam yang sunyi bukanlah suatu ancaman yang menebar rasa takut melainkan jalan mendekatkan diri kepada Ilahi. Ujian yang berat bukan yang terlihat mata melainkan yang selalu bergema di kedalaman hati.

Tirakat bukan jalan menggenggam kedigdayaan atau kesaktian melainkan jalan menyalakan nur Ilahi biar tak redup apalagi padam


Torjunan, 10 Maret 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar