Jejak Langkah

Kamis, 27 Februari 2020

KIAI YANG GEMAR TIRAKAT


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Berbicara sosok KH. Bakri Munawwir maka membicarakan masa mudanya adalah hal yang sangat asyik untuk diketahui. Kegemaran tirakat sangat melekat dengan sosok ulama yang satu ini. Namun kegemaran seperti ini tampaknya mendapatkan perhatian khusus dari Kiai Munawwir. Akibatnya Kiai Bakri muda menempuh jalan setapak agar terhindar dari sorotan masyarakat, yang jika terlacak Kiai Bakri muda akan dibawa pulang untuk dipertemukan dengan Kiai Munawwir.
“Mon hedeh ngatelak Bakri ajelen e jelen rajeh maka gibeh mole kadinnak sebeb Bakri reah ken entarra atirakat!” Demikian pesan yang disampaikan Kiai Munawwir kepada masyarakatnya. Ucapan yang begitu dipatuhi membuat Kiai Bakri muda tak patah arang.
Suatu ketika hasrat untuk tirakat muncul kembali di benak Kiai Bakri muda dan sasaran yang akan menjadi tempat tirakatnya adalah Gunung Gegger yang berada di kawasan Bangkalan. Jalan yang ditempuh adalah jalan setapak yang jarang dilalui orang dan itupun dilakukan dengan cara menyamar.
Jalur utara lebih dipilih oleh Kiai Bakri muda, jalan menuju Gunung Rongmarong. Waktu itu matahari sudah mendekati senja dan Kiai Bakri belum sholat ashar maka Kiai Bakri mudapun memilih untuk segera sholat ashar di semak-semak belukar. Sekitar tempat selalu ada bunyi desisan ular dan semak-semak yang selalu digoyang namun Kiai Bakri muda tetap menyelesaikan sholatnya. Tak goyah dengan desisan ular.
“Ontong cong, hedeh tak ekakan olar rajeh (Untung Nak, kamu tidak dimakan ular besar) kata seorang yang begitu asing dan memang tidak dikenal. Kiai Bakri muda berdiam sejenak lalu menimpali, “Aponapah teh mik adebu kadik nikah? (kenapa paman berbicara seperti itu?”) tanya Kiai Bakri muda keheranan.
“Edinnak kennengah olar rajeh cong, biasa deddi bedlebedennah olar saengge jarang elebedin manossa!, kadimmaah hedeh mik lebet jelen reah miktak lebet jelen rajeh beih makle salamet?!” (di sini tempat ular besar Nak, biasa menjadi tempat dilewatinya ular besar sehingga jarang dilewati manusia! Mau ke mana Nak kenapa lewat jalan ini mengapa tidak lewat jalan besar biar lebih aman?!”
Kiai Bakri muda diam sejenak, lalu berucap kauleh terro entarra ka Gunung Gegger teh! Seketika itu lelaki paruh baya yang dipanggil gutteh itu tersentak. “Mole, mole beih cong bahaya, edinnak benni betlebedennah, edimmah romanah mayuh bik sengkok hedeh eateraginah mole karomana beih.
“Ampon, kalangkong kauleh alanjut aginah perjelenan beih!” lelaki paruh baya itupun berlalu meninggalkan Kiai Bakri muda sedang Kiai Bakri langsung melanjutkan perjalanan.
Kala itu malam Jum’at dan langit sudah sangat gelap. Kiai Bakri muda sudah berada di ouncak Gunung Rongmarong hendak melanjutkan perjalanan ke Gunung Gegger. Tak dinyama Kiai Bakri muda berjumpa seorang serba putih. Lelaki itupun menanyakan hendak ke mana Kiai Bakri muda akan pergi sekaligus menawarkan bantuan. Sementara Kiai Bakri muda hanya memfokuskan pandangan ke arah kaki orang yang ditemui. Untuk memastikan bahwa yang dijumpai adalah manusia dan nyata, untuk memastikannya adalah dengan melihat kakinya masih menempel ke tanah atau tidak.
Kiai Bakri muda mulai yakin bahwa yang ditemuinya adalah manusia karena kaki lelaki serba putih yang ditemui menempel ke tanah dan mulai menerima tawaran lelaki serba putih tadi.
“Kauleh terro entarra ka Gunung Gegger ben terro atarakatta e Gunung Gegger!”
“Tegguk tang tanang cong marenah jiah meddem!” ucap lelaki serba putih memberi perintah.
Kiai Bakri tanpa ragu mengikuti instruksi lelaki serba putih dan keajaibanpun terjadi setelah Kiai Bakri muda membuka mata, lelaki serba putih sudah raib dari pandangan sedang Kiai Bakri muda sudah sampai di tempat tujuan, sesuai yang dituturkan kepada lelaki serba putih yang mengantarnya.
Berada di Gunung Gegger Kiai Bakri memakan makanan alakadarnya. Biasanya ketika malam Jum’at banyak masyarakat yang memberi tumpeng. Di sisi lain, rupanya keberadaan Kiai Bakri muda terlacak oleh Kiai Munawwir maka dengan segera Kiai Munawwir menugaskan Kiai Sabrawi dan satu orang laki-laki untuk menemani Kiai Sabrawi.
Titah dari Kiai Munawwir segera dijalankan oleh Kiai Sabrawi dan seorang laki-laki yang dipercaya Kiai Munawwir untuk menemani Kiai Sabrawi guna membawa pulang Kiai Bakri muda. Sesampainya di Gunung Gegger Kiai Sabrawi meminta adiknya untuk ikut pulang srbab ayahnya telah menunggu. Namun Kiai Bakri malah mempersilahkan kakak dan orang laki-laki yang menemani Kiai Sabrawi untuk pulang terlebih dahulu. Sementara Kiai Bakri muda akan menyusul.
Waswas adiknya tidak akan pulang, Kiai Sabrawi dengan rekannya tak langsung pulang melainkan meminta kepastian sekaligus melihat prosesi Kiai Bakri yang akan pulang ke Blega. Setelah dirasa yakin Kiai Sabrawi dan rekannya pulang lebih dahulu. Namun keajaiban terjadi, nyatanya Kiai Bakri muda sudah sampai rumah yang ada di Blega sebelum Kiai Sabrawi dan rekannya tiba.

Junglorong, 28 Februari 2020

2 komentar:

  1. Kalau boleh tau tempat alamat beliau

    BalasHapus
  2. Pondok Pesantren Almunawwir Blega. Beliau wafat 2002 makamnya di belakang masjid jami' aljihad Blega

    BalasHapus