Oleh Moh. Ghufron Cholid
Tiap kiai tentulah memiliki daya tarik tersendiri yang membuat orang yang pernah diasuhnya memiliki cerita yang berbeda.
KH. Mawardi merupakan salah satu dari sekian ulama kharismatik yang pernah hidup di Junglorong dan pernah menjadi pengasuh pondok pesantren Al-Ittihad hingga wafat.
Mengaji kepada kiai adalah momentum sakral yang berlangsung istiqamah di pesantren-pesantren khususnya yang berada di kampung ataupun desa.
Kiai yang ada di desa biasanya lebih mementingkan mengabdi dan tak pernah menginginkan dirinya viral ataupun diviralkan.
Bagi kiai viral di mata Allah lebih disukai daripada viral di mata manusia. Kendati demikian menyebarkan dan membiakkan kiai kampung adalah tugas mulia yang boleh ditempuh siapa saja, baik lewat cerita ke cerita maupun lewat tulisan ke tulisan.
Konon bisa betah dengan KH. Mawardi sehingga bisa menyelesaikan mengaji surat slfatihah adalah kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan.
Surat Alfatihah memang terlihat mudah tetapi tidak dalam pengamalannya. Nyatanya surat alfatihah menjadi kunci yang tidak bisa dipandang sebelah mata baik di dalam sholat maupun di luar sholat. Oleh keistimewaan surat alfatihah yang begitu besar maka surat ini digelari ummul qur'an (ibu al-qur'an).
Ada semacam rasa gemetar yang begitu dahsyat ketika menyetor baca qur'an kepada KH. Mawardi. Rasanya sangat sulit untuk bisa lulus bacaan surat alfatihah. Terlebih bagi santri yang memiliki niatan menganggap surat alfatihah adalah surat paling mudah ditaklukkan. Di depan KH. Mawardi biasanya santri semacam ini akan lebih lama untuk lulus surat alfatihah.
Santri yang sengaja mengaja surat alfatihah maka bersiap harus sabar, karena bisa jadi ngaji surat fatihahnya tidak cukup sebulan bahkan membutuhkan waktu setahun bisa juga lebih. Perhatian kepada surat alfatihah, KH. Mawardi sangat serius bisa dibilang sudah seperti udara bagi kehidupan.
Barangkali kalau boleh saya ibaratkan surat alfatihah sudah menyatu dalam diri KH. Mawardi maka jika ada yang menganggap surat ini sangat mudah dibaca ketika berhadapan dengan KH. Mawardi serta membacakannya kepada KH. Mawardi yang didapat takkan sesuai ekspektasi. Bukan pujian yang akan didapat, bisa jadi akan disuruh belajar lagi membaca surat alfatihah.
Junglorong, 1 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar