Oleh Moh. Ghufron Cholid
Terkenal sebagai tokoh yang tegas dan berani maka harus siap dhohir dan bathin menghadapi kemungkinan. Baik diserang secara nyata maupun diserang lewat angin (sihir).
Musim ninja, Kiai Bakri termasuk target yang akan dibunuh oleh ninja. Tak tanggung-tanggung ancaman dilakukan lewat telephone rumah. Anehnya ninja yang mengancam bisa memiliki nomer telphone rumah Kiai Bakri.
"Hati-hati anda termasuk orang yang masuk catatan untuk dibunuh dalam daftar target pembunuhan kami!" Ucap seseorabg lewat telephone dengan maksud menggertak Kiai Bakri.
"Jangan tanggung-tanggung kalau mau membunuh Bakri, harus siapkan yang banyak sekalian karena Bakri tak kebal rasa takut!"
Kabar Kiai Bakri ingin dibunuh ninja tersebar dan banyak alumni baik alumni pondok Almunawwir maupun alumni Palanggeren berdatangan ke Segit julukan buat Kauman Blega, berebut untuk menjaga keamanan Kiai Bakri.
Ada yang ingin berjaga sepanjang malam agar Kiai Bakri tidur nyenyak. Ada yang begitu lantang mengucapkan kalau cuma ninja akan saya hadapi, nyawa kiai lebih berharga dari nyaea saya. Ada pula yang berucap biarkan saya saja yang jaga dan yang lain boleh tidur nyenyak.
Mendengar semangat yang menggebu-gebu dari para alumni, masyarakat dan simpatisan, Kiai Bakri tersenyum sesekali memandangi wajah-wajah yang ada di depan Kiai Bakri dengan tatapan cinta.
"Sakalangkong atas perhatianna sadejeh, namong Bakri tak usa jegeh. Bakri benni oreng tako'an lebbih begus paleman karomana bengsebeng."
Para masyarakat, alumni dan simpatisan saling pandang, sesekali menunduk lalu bubar jalan, bersiap menjaga Kiai Bakri tanpa sepengetahuan Kiai Bakri.
Angin berdesir sepoi-sepoi. Sunyi. Nyaris tanpa suara. Banyak yang berjaga di sekitar kediaman kiai namun di depan masjid dibiarkan sunyi tanpa seorangpun berjaga.
Mulai terdebgar dua mobil berlalu di depan masjid kemudian menepi di seberang jalan. Lama mobil tersebut menepi dan tanpa bunyi. Mobil dibiarkan senyap. Beberapa waktu kemudian mobil tersebut melaju ke arah utara dan tidak terdengar lagi.
Beberapa bulan kemudian, ada seorang lelaki muda bertubuh atletis datang ke kediaman Kiai Bakri, menyatakan bahwa dirinya adalah seorang yang kena copet dan kehabisan bekal. Lelaki itu meminta izin ke Kiai Bakri untuk tinggal di kediaman Kiai Bakri. Namun Kiai Bakri menyarankan untuk tinggal di pondok putra.
Lelaki itupun betlalu menuju pondok putra, hanya mengenakan baju lengan pendek dan mengenakan celana. Tidak membawa apa-apa selain yang dipakai.
Di waktu yang lain, lelaki itu kembali menghadap Kiai Bakri dengan permintaan yang sama, tinggal di kediaman Kiai Bakri namun sekali lagi Kiai Bakri mempersilahkan tamu misteriusnya berdiam di pondok putra.
Di waktu yang lain, tepatnya saat gerimis turun lelaki itu menghadap Kiai Bakri dan meminta izin agar diperkenankan tinggal di kediaman Kiai Bakri seraya berkata, " Saya ingin tinggal di sini saja sebab saya takut dibunuh orang. Malam ini orangnya akan datang ke sini!" Kata lelaki itu merengek meminta belas kasihan.
Menyaksikan pemandangan yang tak biasa. Melihat keadaan yang begitu mencurigakan, akhirnya masyarakat berinisiatif untuk mengikat dan menghajar orang tersebut.
Anehnya ketika diikat, dihajar dan dipukuli berkali-kali orang tersebut semakin sering tertawa. Tak ada rintihan kesakitan.
"Ayo ngaku sebenarnya siapa kamu dan mau apa ke Blega?" Tanya seseorang dengan maksud mengintimidasi.
"Saya hanya seorang yang kecopetan dalam perjalanan pulang ke Sumenep, saya turun di sini karena di sini ada pesantren dan saya merasa aman berada di pesantren.
Berbagai siksaan diberikan bamun tak sedikitpun lelaki misterius itu merasa kesakitan. Merasa ada yang janggal akhirnya dilucuti juga pakaian dan kaosnya, pukulan tendangan terus diberikan. Keadaan sama tak ada rintihan. Hanya tersenyum dan tersenyum.
Dirasa ada yang janggal, barulah diperiksa sekujur tubuh barangkali terdapat azimat yang membuat tubuh kuat. Akhirnya dari celana dalamnya ditemukan azimat. Setelah azimat itu diambil maka yang semula tersenyum berubah rintihan.
Kiai Bakri mencoba melerai seraya berucap, "ambu, ambu lapamole beih oreng jiah karomanah, jek seksa pole."
Penyiksaan dihentikan. Lelaki misterius diserahkan ke polsek Blega dan meminta polsek tersebut memulangkan lelaki misterius itu ke rumahnya, dengan menitipkan pada sopir bis AKAZ yang menuju ke arah Sumenep. Semenjak peristiwa itu, teror untuk membunuh Kiai Bakri mereda.
Walau Kiai Bakri sudah curiga dari awal bahwa tamu misterius itu adalah ninja yang menyamar, Kiai Bakri tetap mempersilahkan tamunya menginap di kawasan pesantren.
Ketika kecurigaan tersebut diketahui masyarakat maka yang ada adalah cercaan pertanyaan agar mengakui tujuan utama datang ke kediaman Kiai Bakri dan memaksakan kehendak untuk berdiam di rumah Kiai Bakri.
Ketika ketidakjujuran yang diberikan maka usaha keras ditempuh masyarakat dengan maksud membongkar tujuan awal datang ke Blega. Ketika hantaman dan tendangan hanya dianggap semut berlalu maka yang ada rasa penasaran, mencari musabab mengapa masih terlihat tangguh meski disiksa, menemukan kejanggalan ada azimat di celana dalamnya, ketika diambil dan dipukuli merasa kesakitan maka yang terlihat di mata Kiai Bakri adalah rasa kemanusiaan yakni meredakan amarah masyarakat dan menyarankan tamu mesteriusnya di antarkan pulang saja agar tak ada penyiksaan berkelanjutan.
Junglorong, 4 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar