Oleh Moh. Ghufron Cholid
Berungtungnya saya diberi kesempatan menimba ilmu di pesantren Al-Amien Prenduan. Pesantren yang memadukan metode pendidikan salaf dengan kholaf.
Lembaga yang berada di kawasan Prenduan yang masih masuk wilayah Kabupaten Sumenep.
Lembaga pesantren yang menganjurkan membaca qunut bagi yang menjadi imam sedang untuk makmumnya sesuai apa yang diyakini. Berqunut boleh, tidak berqunut juga boleh.
Lembaga pesantren yang ketika berada di jenjang pendidikan Tsanawiyah memperkenalkan dan membiasakan bermadzhab Syafi'i sedang ketika Aliyah dibekali pelajaran perbandingan madzhab agar tidak mudah menyalahkan yang tidak sama pandangannya baik dalam berqunut maupun persoalan lainnya.
Alangkah sangat bahagia diberi kesempatan berkenalan dan menjadi santri Kiai Idris.
Kiai yang alumni Pondok Pesantren modern GONTOR namun tetap menyeimbangkan porsi kemaduraannya.
Kiai yang membiasakan sujud syukur tiap kali mendapat karunia. Menurut Kiai Idris sujud syukur bisa dilakukan kapan sajs dan di mana saja.
Bila mendapat karunia bersegera sujud syukur adalah sanad ilmu yang saya terima dari Kiai Idris, kiai tiga serangkai yang pernah menjabat Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien.
Mengerjakan sujud syukur, seperti halnya duduk ketika duduk iftiros (duduk di antara dua sujud) lalu berniat sujud syukur kemudian membaca sajada wajhiya lilladzi kholaqahu wasaqwo sam'ahu wa bashorahu bihaulika waquwatika fainnahu lahawla walaquwwata illa billahil aliyyul adzim. Lalu mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri.
Sujud syukur merupakan bentuk pengakuan rasa terimakasih seorang hamba kepada Tuhannya. Sebuah kesaksian bahwa segala terjadi atas kuasa Allah.
Bersujud syukur berarti telah membuat suatu jalan untuk tidak ingkar atas segala nikmat yang telah diberikan Ilahi.
Junglorong, 16 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar