Jejak Langkah

Rabu, 04 Maret 2020

Kiai M Faizi (Guluk-guluk): Kiai yang Pandai Menyamar


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Saya lupa kapan persisnya perjumpaan saya dengan kiai bernama M Faizi, namun yang paling seru adalah penyamaran yang dilakukan sehingga tidak berlebihan kalau lapor kiai yang penyamar saya sematkan padanya.

Selalu ada cara terasi untuk bertemu dan membuat kejutan. Barangkali kiai yang nyaris tak pernah saya telephone ketika ingin berkunjung adalah Kiai Faizi. Saya lebih suka menggunakan ilmu telepati daripada handphone.

Memakai ilmu ini memang harus berani menghadapi suatu kemungkinan, berhasil atau gagal. Namun yang saya lakukan kerap berhasil dan beberapa kali menemui kegagalan.

Yang menarik dari sosok bernama M Faizi adalah sering melakukan petualangan dengan secercah mungkin sehingga di belakang namanya kadang tersemat pariwisata yakni salah satu keahlian berwisata naik bis.

Hati-hati bila berjumpa beliau, kalau melakukan sesuatu yang menarik perhatian bisa menjadi bahan tulisan, atau bahkan bisa menjadi model foto lewat kamera tersembunyi yang dilakukannya dengan tepat.

Kalau kau berjumpa sosok ini di luar rumah, kau akan kebingungan apakah ia seorang kiai atau bukan, pasalnya penampilannya tak mencolok dan jauh dari bayangan.

Penyamaran yang dilakukan di luar rumah bisa dibilang sangat sukses. Jangan berbicara soal musik asal-asalan bila berjumpa dengannya, karena bisa jadi kau akan kekurangan referensi bila mengobrol dengannya.

Bila sedang bertualang dengannya, jangan sekali-kali membuat keanehan dari apa yang kau kenakan atau apa yang kau bawa, karena bisa jadi moment itu abadi dalam kamera yang kerap dibawanya.

Kalau sosok ini sedang bawa mobil kesayangan, kau akan semakin sulit mengenalinya sebab penyamaran sebagai sopir kerap sukses dijalaninya.

Bagi Kiai Faizi tiap perjalanan harus ada judulnya, baik perjalanan di dalam negeri maupun luar negeri, meski hanya makan bersama meski diberi judul yang berkaitan dengan bidangnya, hal ini untuk menghindari agar undangannya tidak dihadiri.

Semisal perjalanan yang dilakukan keluar negeri menghadiri makan bersama seorang koleganya, maka pembacaan fatihah tak luput dari acara tersebut.

Bagi Kiai Faizi perjalanan bisa mengasyikkan dan bisa meliburkan waktu muraq (mengajari santri baik baca Al-Qur'an maupun ilmu agama dari kitab-kitab klasik) asalkan dalam perjalanan yang dilakukan penuh makna, memang kehadirannya dibutuhkan tidak hanya pelengkap, kalau tidak perjalanan tersebut akan ditolak dengan manis sebab mengajari santri baginya lebih mengasyikkan.

Tidaklah mengherankan jika di luar rumah kerap menyamar kadang sebagai pemateri sastra, kadang pula sebagai pengisi tahlil, juga pengisi fiqh lalu lintas, kalau sebagai pengisi syarofal anam, saya belum bisa memastikan karena belum pernah menjadi saksi mata.

Junglorong, 7 Desember 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar