Jejak Langkah

Selasa, 10 Maret 2020

KH. MOH. IDRIS JAUHARI DAN KEJUTAN TAHUN EMAS PENGABDIAN


Oleh Moh. Ghufron Cholid

Tak ada yang lebih mendebarkan di tahun emas berada di pesantren Al-Amien Prenduan dikenalkan oleh Kiai Idris sebagai pengurus Yayasan Al-Amien Prenduan termuda di GASERNA.

"Ust. Moh. Ghufron Cholid, silakan berdiri!" Ucap Kiai Idris seraya mengenalkan saya sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang berada di bawah naungan yayasan tepatnya berada di salah satu devisi Lembaga Dakwah.

Menggerakkan tukang-tukang yang bekerja di pondok pesantren Al-Amien Prenduan untuk ikut pengajian Selasaan dan mengatur jadwal kiai mengisi pengajian Selasaan. Di samping itu juga bertugas mengurus pengajian tengah bulanan yang tempatnya selalu berpindah, biasanya di kediaman Kiai Idris (dhalem laok), kediaman Kiai Tidjani (dhalem tenga), kediaman Kiai Maktum (dhalem dejeh).

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat adalah salah satu tugas dari tiga tugas tiap ustad yang mengabdikan diri di dalam pondok pesantren Al-Amien Prenduan. Satu tugas di yayasan, satu tugas di asrama (rayon) yang dikenal dengan musyrif dan satu tugas di marhalah yakni tugas mengajar.

Selain tiga tugas yang disandang oleh tiap ustad, kuliah adalah kewahiban yang harus ditempuh bagi ustad yang memilih atau terpilih mengabdi di dalam. Istilah terpilih adalah bagi mereka yang sedari awal dipilih mengabdi di dalam oleh pihak pondok. Dipilih artinya calon guru tugas yang mengajukan mengabdikan diri di luar maupun di dalam namun tetap di letakkan di luar.

Yang mengabdi di dalam pondok secara otomatis menjadi mahasiswa (plus) pagi mengajar sedang siang hingga sore kuliah. Mahasiswa plus memiliki persamaan dengan mahasiswa intensif (orang yang kuliah di Al-Amien dan menetap di Al-Amien) sama-sama dikenai kewajiban menerjemahkan bab dua skripsinya ke dalam bahasa Arab atau bahasa Inggris. Sementara mahasiswa reguler (kuliah di Al-Amien berangkat dari rumah/tempat kos dan kembali ke rumah/tempat kos) dan mahasiswa FORSIKA (guru-guru yang mengajar di lembaga namun kuliah di Al-Amien dan pulang ke lembaganya masing-masing untuk mengabdikan diri) tidak dikenai kewajiban menerjemahkan bab dua skripsinya ke dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris.

Sejatinya kejutan yang diberikan Kiai Idris Jauhari juga menjadi salah satu tiket bagi saya untuk ikut kumpul selasaan, kumpul guru-guru senior dengan majlis kiai membahas program pondok yang telah lalu dengan cara mengevaluasi ulang sekaligus membahas program pondok yang akan datang dan hal-hal lain terkait pondok pesantren.

Junglorong, 11 Maret 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar