Oleh Moh. Ghufron Cholid
Apa yang bisa dikisahkan bila mendengar nama Kiai Tidjani, pertanyaan semacam ini kerap memburu saya waktu berada di waktu senggang atau ketika dalam keadaan jeda menulis.
Saya diam sejenak lalu mengumpulkan segenap ingatan. Saya biarkan angin berdesir dan aksara-aksara berbaris rapi minta segera dituliskan.
Kiai Tidjani, tentu kiai Madura dan tinggal di Madura serta seorang Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien yang wafat tahun 2007.
Kiai Madura alumni Gontor ini memilih mengabdi di tanah kelahirannya. Namun berbicara Al-Amien Prenduan dalam ruang lingkup internasional takkan pernah lepas dari peranan Kiai Tidjani. Al-Amien Prenduan ya Kiai Tidjani dan Kiai Tidjani ya Al-Amien Prenduan.
Menariknya kendati Kiai Tidjani adalah seorang Pimpinan dan Pengasuh sebuah lembaga yang bertempat di Madura, Kiai Tidjani bisa dibilang duta Al-Azhar sebab Kiai Tidjani adalah seketaris robitah.
Di masa Kiai Tidjani, paling tidak tamu-tamu penting tak hanya berasal dari negeri tercinta bernama Indonesia sebab banyak pula yang berasal dari luar negeri.
Al-Amien Prenduan meski berpusat di Madura tepatnya di sebuah kawasan yang berada di bawah naungan Kabupaten Sumenep, soal hubungan internasional bukan hanya kabar burung melainkan sudah mendapat isapan jempol. Kalau saya punya 10 jempol maka 10 jempol saya berikan kepada Al-Amien Prenduan di masa Kiai Tidjani, ini jika kita bicara Al-Amien Prenduan sebuah lembaga di kawasan lintas negara.
Jika ada yang mengaku santri Al-Amien maka yang akan didapat adalah santrinya Kiai Tidjani? Tak ada pilihan selain mengangguk karena memang benar Kiai Tidjani adalah Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien atau juga bisa dikatakan Kiai Tidjani adalah implementasi Al-Amien itu sendiri.
Torjunan, 10 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar