Oleh Moh. Ghufron Cholid
Tiap santri tentu memiliki kenangan yang mengasyikkan, kenangan yang begitu mendebarkan dengan kiai yang pernah mengasuhnya. Begitupun kenangan saya dengan Kiai Idris, kali ini akan saya kisahkan Kiai Idris dan Teknik Menjaring Malaikat, sepintas judul ini sangat berlebihan dan terkesan mengada-ngada namun memang begitulah adanya.
Hari itu, hari masih dini hari, di masjid Jami' Al-Amien, tepatnya setelah shalat tahajjud. Saya beserta santri yang lain oleh Kiai Idris diajari teknik menjaring malaikat.
Kami dibimbing untuk duduk melingkar, membentuk semacam halaqah dan syaratnya adalah antara lutut yang satu dengan lutut lainnya harus menyentuh. Lutut kami bersentuhan baik sesama santri maupun dengan wali kelas kami.
"Sentuhkan lutut kalian ketika halaqah sebab itu cara terbaik menjaring malaikat. Malaikat rahmat turun dalam halaqah, yang mana halaqah yang dibentuk tidak ada celah." Kata Kiai Idris seraya tersenyum sambil mempraktekkan, "beginilah cara halaqah yang benar!"
Kami mengangguk dan saling menyentuhkan lutut. Kiai Idris seakan ingin mengokohkan ikatan di antara guru dan murid tak sebatas ikatan secara dhohir melainkan ikatan secara bathin.
Kiai Idris tak hanya menyuruh melainkan mencontohkan. Tak ada keraguan berada di tengah santri bahkan bersentuhan lutut dengan santri. Kiai Idris adalah perpaduan ucapan dan gerakan yang indah.
Dalam halaqah, santri dan wali kelas dipertemukan, dieratkan ikatan. Saling mengetahui keadaan, wali kelas menjadi tempat bertanya jika para santri dalam kebingungan. Wali kelas semacam mursyid dalam halaqatul ilmu.
Membentuk hubungan yang erat antara santri dengan gurunya. Antara anak didiknya dengan pendidiknya dilakukan sejak dini bahkan ketika selesai shalat berjamaah. Bahkan sebelum subuh membangunkan ruh.
Kiai Idris berkeliling untuk memperbaiki halaqatul ilmu agar semua guru dan muridnya bisa menjaring malaikat secara bersama. Menghilangkan sekat juga menghilangkan gengsi, semua melebuh jadi satu guna meraih ridha Ilahi.
Junglorong, 6 Maret 2020
Tiap santri tentu memiliki kenangan yang mengasyikkan, kenangan yang begitu mendebarkan dengan kiai yang pernah mengasuhnya. Begitupun kenangan saya dengan Kiai Idris, kali ini akan saya kisahkan Kiai Idris dan Teknik Menjaring Malaikat, sepintas judul ini sangat berlebihan dan terkesan mengada-ngada namun memang begitulah adanya.
Hari itu, hari masih dini hari, di masjid Jami' Al-Amien, tepatnya setelah shalat tahajjud. Saya beserta santri yang lain oleh Kiai Idris diajari teknik menjaring malaikat.
Kami dibimbing untuk duduk melingkar, membentuk semacam halaqah dan syaratnya adalah antara lutut yang satu dengan lutut lainnya harus menyentuh. Lutut kami bersentuhan baik sesama santri maupun dengan wali kelas kami.
"Sentuhkan lutut kalian ketika halaqah sebab itu cara terbaik menjaring malaikat. Malaikat rahmat turun dalam halaqah, yang mana halaqah yang dibentuk tidak ada celah." Kata Kiai Idris seraya tersenyum sambil mempraktekkan, "beginilah cara halaqah yang benar!"
Kami mengangguk dan saling menyentuhkan lutut. Kiai Idris seakan ingin mengokohkan ikatan di antara guru dan murid tak sebatas ikatan secara dhohir melainkan ikatan secara bathin.
Kiai Idris tak hanya menyuruh melainkan mencontohkan. Tak ada keraguan berada di tengah santri bahkan bersentuhan lutut dengan santri. Kiai Idris adalah perpaduan ucapan dan gerakan yang indah.
Dalam halaqah, santri dan wali kelas dipertemukan, dieratkan ikatan. Saling mengetahui keadaan, wali kelas menjadi tempat bertanya jika para santri dalam kebingungan. Wali kelas semacam mursyid dalam halaqatul ilmu.
Membentuk hubungan yang erat antara santri dengan gurunya. Antara anak didiknya dengan pendidiknya dilakukan sejak dini bahkan ketika selesai shalat berjamaah. Bahkan sebelum subuh membangunkan ruh.
Kiai Idris berkeliling untuk memperbaiki halaqatul ilmu agar semua guru dan muridnya bisa menjaring malaikat secara bersama. Menghilangkan sekat juga menghilangkan gengsi, semua melebuh jadi satu guna meraih ridha Ilahi.
Junglorong, 6 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar